Selasa, 29 November 2011

Keutamaan sedekah


Malam itu,bulan bersinar terang di langit. Bintang-bintang bertabura. Subhanallah, alangkah indahnya. Seorang lelaki bernama Karim keluar dari rumahnya.dulu, Karim dikenal gemarmelakukan perbuatan dilarang agama. Namun, kini dia telah insaf dan bertobat. Sekarang, dia rajin shalat berjemaah di masjid. Dia juga tidak merasa malu untuk ikit mengaji dan belajar membaca al-Quran, bersam anak-anak yang lebih muda usianya.
Malam itu, setelah mendengar penjelasan dari imam masjid tentang keutamaan shadaqah atu sedekah, hati karim tergerak. Imam masjid menjelaskan, jika seseorang memiliki uang seribu dirham dan ia menyedekahkan tega ratus dirham, maka yang tiga ratus dirham itulah yang akan kekal dan dapat di nikmati di akhirat. Sedangkan yang tujuh ratus dirham tidak membuahkan apa-apa. Bahkan , uang tiga ratus dirham  yang disedekahkan, akan dilipatgandakan oleh Allah sebanyak tujuh ratus kali. Sedekah juga membuat harta dan rezeki yang ada, menjadi penuh berkah.
Selama ini, karim dikenal kaya dan kikir. Namun, sejak insaf dan tobat, dia telah berniat akan mengorbankan segala yang dimilikinya untuk memperoleh ridha Allah Swt. Sebagian hartanyatelah direncanakan untuk disedekahkan dan diinfakkan di jalan Allah Swt.
Dia mengarahkan langkahnya menuju ke suatu rumah. Dia telah menyiapkan kantong berisi seratus dirham untuk disedekahkan. Begitu sampai di rumah yang ditujunya, dia mengetuk pintu. Seorang lelaki berkumis tebal muncul dari dalam rumah. Setelah mengucap salam, dia memberikan kantong itu pada pemilik rumah, lalu mohon pamit. Kejadian itu ternyata diketahui oleh beberapa orang penduduk daerah itu.
Pagi harinya, orang-orang di pasar ramai membicarakan apa yang dilakukan Karim tadi malam.
Dua yang melihat karim bersedekah berkata dengan nada mengejek, “Dasar orang tidak tahu agama, sedekah saja keliru, masak sedekah kok pada pencuri. Kalau mau sedekah itu, ya harus kepada orang yang baik-baik.
Obrolan orang di pasar sampai juga di rumah Karim, ia hanya berkata dalam hati, “Alhamdulillah, telah bersedekah pada pencuri!”
***
Hari berikutnya, ketika malam tiba, dia kembali keluar rumah. Dia ingin kembali bersedekah. Sama seperti malam sebelumnya, dia menyiapkan uang seratus dirham. Kali ini, dia memilih sebuah rumah di pinggir kota. Dia me ngetuk pintu rumah itu. Seorang wanita membuka pintu. Dia langsung menyerahkan sedekahnya pada perdempuan itu lalu pulang.
Pagi harinya, pasar kembali rebut. Ternyata ada orang yang mengetahui perbuatanya tadi malam.
Orang itu bercerita sinis, “Memang, KArim itu tidak jelas. Rajin pergi ke masjid, tetapi memberi sedekah saja masih salah. Kemarin malam, dia memberi sedekah kepada seorang pencuri. Lha, tadi malam, dia memberi sedekah kepada seorang pelacur!”
Perbincangan orang di pasar itu sampai juga ke telinganya.
Karim hanya berkata lirih, “Alhmdulillah, telah bersedekah kepada seorang pelacur!”
Malam harinya, Kari kembali keluar rumah untuk sedekah. Dia memilih rumah yang ada di dekat pasar. Setelah mengantarkan sedekahnya, dia pulang.  Kali ini Karim berharap, dia tidak keliru memberi kan sedekahnya.
Pagi harinya pasar lebih rebut dari sebelumnya.
Seorng penjual daging berkata, “Nggak tahulah! Karim itu memang aneh. Mau sedekah saj akok kepada orang kaya. Padahal, orang yang miskin dan memerlukan uang untuk makan, masih banyak dan ada dimana-mana!”
Ternyata, rumah yang didatangi Karim dan diberi sedekah tadi malam adalah rumah orang kaya.
Mendengar berita dan omongan orang yang ada di pasar tentang kekelirannya memberi sedekah ia berkata, “Alhamdulillah, telah sedekah kepada pencuri, pelacur, dan orang kaya!”
Malam harinya, ia shalat tahajud, lalu tidut=r.
Dalam tidurnya ia bermimpi didatangi oleh seseorang yang memberi kabar kepadanya, “Sedekahmu kepada pencuri, membuat pencuri itu insaf, sehingga kini dia tidak mencuri lagi. Sedekahmu kepada pelacur, membuat wanita itu tobat dan tidak berzina lagi, dan sedekahmu kepada orang kaya, menjadikan oranng kaya itu sadar dan merasa malu. Kini orang kaya yang pelit itu mau mengeluarkan zakat dan infak. Sedekahmu yang ikhlas itu diridhai Allah Swt.
Setelah itu, Karim semakin khusyuk beribadah dan banyak mengerjakn kebajikan. Dia sadar bahwa yang paling penting dalm ibadah adalah niat karena Allah. Bukan sekedar mengikuti perkataan orang banyak. Hanya Allah-lah yang berhak menilai, diterima atau tidaknya amal ibadah seseorang.
Sumber : Buku ketika cinta berbuah Surga karya Habiburrahman El Shirazy

Tidak ada komentar:

Posting Komentar